6c2y5xLulMkOYYgEXrgPjC5Lx3Je6RzEo1m3mFkw

Biofuel, Potensi Energi Terbarukan Di Indonesia

Perlahan motor kumajukan. Antrean untuk membeli Bahan Bakar Minyak makin panjang. Kabarnya, impor BBM Indonesia makin meningkat. Bagaimana jika nanti minyak bumi habis? Bukankah Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang tersebar di seluruh wilayahnya?

Hai, apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat dan bahagia. Baru kemarin ada Tetangga yang bertanya kenapa Ibu saya tidak lagi jual bensin eceran. Modalnya habis, itu alasan utama. Alasan lain adalah keribetan antre atau isi ke botol. Mana sekarang sudah banyak Pertamini. Lebih aman jualan ban dalam dan ban luar sekalian Tambal Ban.

biofuel bahan bakar nabati

Bicara energi minyak bumi, paling tidak ada 7 Kilang Minyak yang Tersebar di Indonesia. Masalahnya, kebutuhan kita itu banyak bahkan sampai impor juga. Sebenarnya, Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan seperti sumber energi panas bumi, sumber energi air, sumber energi angin, sumber energi gelombang laut, dan biofuel.

Apa sih Biofuel itu?

Pas banget karena pada Jumat, 12 November 2021 kemarin, #EcoBloggerSquad berkesempatan buat nimba ilmu tentang Biofuel bersama Yayasan Madani Berkelanjutan dan Traction Energy Asia. Obrolan makin seru karena bukan hanya membahas pengertian Biofuel, tapi juga risiko, tantangan, peluang juga komitmen iklim di Indonesia dari kebijakan BBN ini.

Biofuel, Potensi dan Risiko Kebijakan BBN Serta Komitmen Iklim


biofuel

Biofuel atau Bahan Bakar Nabati adalah bahan bakar yang berasal dari bahan-bahan nabati atau dan dihasilkan dari bahan-bahan organik yang ditataniagakan sebagai Bahan Bakar Lain. BBN ada 2 jenis yaitu Primer dan Sekunder. Primer itu seperti kotoran hewan, sisa kayu atau panen, dan bahan alami lain. Sedangkan Secondary option, ada 3 jenis klasifikasinya, antara lain:
  • Generasi pertama: Bioetanol atau butanol dan Biodiesel dari bahan alami seperti fermentasi pati gandum, jagung, dan kentang, serta tanaman minyak kaya bunga matahari, kedelai, kelapa sawit, dan minyak goreng bekas
  • Generasi Kedua: Bioetanol dan Biodiesel berbasis teknologi dari turunan pertama seperti singkong, jarak, miscanthus, lignocellulosic, dan lainnya
  • Generasi Ketiga: Bioetanol dan Biodiesel dari rumput laut, mikroba dan microalga

Jika dilihat dari jenisnya, maka Minyak Sawit adalah potensi besar untuk dijadikan Biofuel B30 atau B50 di Indonesia. Di tahun 2006, mulai muncul inisiasi program BBN lewat KEN, Inpres dan Timnas BBN, Pembuatan roadmap, sampai tahun 2021 ini.

Jika menggunakan skenario B100, Biodiesel dari Sawit ini bisa memperbaiki emisi HC (Unburned Hydrocarbons) sebesar 20%, Carbon Monoksida 25%, dan Particulate Matter 43%. Menggiurkan sekali! Masalahnya, untuk memenuhi 5% target BBN di tahun 2025, dibutuhkan lahan Sawit seluas 5,15 juta Ha. Mau ambil dari mana sedangkan kita juga bermasalah dengan deforestasi?

Kita sudah dapat Kode Merah Krisis Iklim, Kerusakan Lahan Gambut, dan lainnya. Masa mau nambah kekacauan lagi? Bagaimana caranya agar kebutuhan sawit bisa terpenuhi tanpa adanya pembukaan lahan baru?

bahan bakar nabati

Jawabannya adalah dengan menanam kembali pohon kelapa sawit. Jadi manfaatkan lahan yang ada dan tak perlu membuka yang baru. Kita juga bisa memperpendek rantai pasok bahan baku biofuel dengan menggandeng petani lokal karena mereka menguasai 40% dari luas perkebunan sawit di Indonesia. Dari segi emisi, Pekebun Sawit Mandiri lebih sedikit menimbulkan emisi daripada perusahaan besar. Jadi dari segi ekonomi pun Masyarakat kecil akan terbantu.

Masalah muncul lagi nih. Mana yang lebih penting, Minyak Sawit untuk kebutuhan makan atau bahan bakar?

 



Buat Ibu-ibu atau yang suka memasak, kabar gembira nih karena ternyata Minyak Jelantah bisa dimanfaatkan untuk biofuel. Konsumsi minyak goreng di Indonesia itu banyak banget dan ada sekitar 3 juta kilo liter Jelantah yang dikumpulkan yang berpotensi jadi biodiesel. Perbandingan harga Jelantah juga lebih murah. Ini sih oke banget.

Lalu, apa saya tergerak untuk ikut menyetorkan minyak jelantah?

Sayangnya belum. Pertama karena sebisa mungkin saat goreng-goreng, saya tidak menyisakan minyak. Kedua, di kampung saya belum ada Pengepul Minyak Jelantah. Mungkin kalau sudah ada, saya akan ikut program ini. Lagian dikonsumsi juga tidak baik bagi kesehatan dan dibuang malah mencemari lingkungan.

Bahan Bakar Nabati memang punya potensi besar, tapi tetap ada risiko dan juga tantangannya. Setidaknya ada solusi yang bisa kita lakukan tanpa menimbulkan masalah lainnya apalagi menyangkut perubahan iklim. Semoga hal ini segera bisa terwujud dan yuk kita juga ikut dukung program ini dengan baik.

biofuel bbn energi terbarukan

Kalian sendiri bagaimana? Punya pendapat lain tentang Biofuel? Apakah ada yang sudah memanfaatkan Sawit juga Jelantah? Coba share di kolom komentar ya!

Sampai jumpa. Happy blogging!
Related Posts

Related Posts

42 komentar

  1. wih keren udah ada energi baru lagi yang bisa diperbaharui dan ramah lingkungan, memang ini yang diperlukan dalam kehidupan.

    BalasHapus
  2. Yes, ! Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan seperti sumber energi panas bumi, sumber energi air, sumber energi angin, sumber energi gelombang laut, dan biofuel.

    BalasHapus
  3. Sebenarnya potensi biofuel di Indonesia cukup menjanjikan ya mbaak
    Andai bisa dikelola maksimal lagi, pasti makin banyak yg pakai biofuel ini

    BalasHapus
  4. Menarik banget artikelnya. Di daerahku Kalsel, barusam dibuka pabrik biodiesel dan diresmikan oleh presiden. Gak lama setelah itu eh muncul berita harga minyak goreng naik. Kalo membaca pemanfaatan minyak jelantah ok juga nih. Pernah ada baca spanduk dekat lampu merah yg mengumumkan menerima minyak jelantah (kalo gak salah sistemnya jd jual beli gitu kan). Memang harus nyari pengepul minyak jelantah nih supaya bisa dimanfaatkan dengan baik, salah satunya sebagai bahan biodiesel.

    BalasHapus
  5. Indonesia tu kaya banget akan potensi ya andaikata.mau digarap maksimal mulai dr biodiesel, pemanfaatan sinar matahari dan energi terbarukan lainnya pasti bisa drh

    BalasHapus
  6. tempo hari saya nonton berita ttg wirausahawati pengumpulan minyak jelantah. Sangat menginspirasi. Usaha limbah seperti ini manfaatnya dobel2. Cuan jelas, membuka lapangan kerja, juga ramah lingkungan. Saya sendiri baru memanfaatkan limbah jelantah untuk bikin sabun cuci.

    BalasHapus
  7. Sejak pandemi ada gerakan dari ibu-ibuk PKK di Provinsi DKI, mengumpulkan minyak jelantah. Di RT ku Bu RT mengoordinir ini, jelantah dikumpulkan tiap hari Jumat di pos satpam RT lalu disetor ke kelurahan dan seterusnya disetor ke atas lagi, hingga diolah jadi biofuel. Aku sih senang banget karena sebelumnya bingung mau diapain. Semoga bisa diikuti ibu-ibu PKK daerah lain ya

    BalasHapus
  8. Nah pengepulnya masih jarang. Padahal pernah lihat salah satu konten, katanya bisa sampai diekspor. Tapi, saya masih bingung cara penyalurannya. Maunya kan ada yang ambi ke rumah atau dekat rumah

    BalasHapus
  9. Teteh yang kerja di rumahku kebetulan penggumpul minyak jelantah, mba. Jadi aku nggak perlu repot deh. Ada juga dari tetangga lain juga menerima minyak jelantah mba

    BalasHapus
  10. wah ini seperti daur ulang bahan rumah tangga ya, bisa menjadikan minyak jelantah menjadi biofeul. Soalnya memang limbah minyak nih masuk kategori banyak banget yang kebuang percuma.

    BalasHapus
  11. Nah Biofuel ini bisa jadi bahan bakar alternatif ya untuk menggantikan bahan bakar lainnya. Padahal kita kaya tapi masih aja import ya untuk memenuhi pasokan BBM. Di sini masih jarang pengepul minyak jelantah nih Ji

    BalasHapus
  12. Semoga ilmu pengetahuan kita semakin maju ya, jadi sumber bahan bakar tidak hanya dari fosil perut bumi tapi juga yang bisa tumbuh di atasnya. Kalau bio fosil dibuat dari tanaman yang bisa dimakan, seperti jagung atau singkong, saya agak eman gitu. Tapi kalau dari kelapa sawit, dan harus membuka hutan lagi, kurang baik juga efeknya. Sebaiknya memang memanfaatkan kebun kelapa sawit yang sudah ada saja. Jadi di dapat biofuell tapi hutan kita tetap terjaga

    BalasHapus
  13. Wah, menarik sekali ini mabk. Aku baru tau bahan bakar nabati. Ohya, sekarang baru inget banyak yang jual beli minyak jelantah ternyata dimanfatkan untuk bioful ya

    BalasHapus
  14. Tiap bulan saya buang minyak jelantah banyak banget. 3 kali pakai saja minyak goreng ini sudah nggak baik digunakan karena sudah tidak sehat lagi. Ditambah rasanya juga nggak enak. Jadi minyak jelantah saya memang banyak. Duh seandainya sudah ada teknologi yang bisa memanfaatkan jelantah ini seperti yang disebutkan di atas maka akan berguna sekali.

    BalasHapus
  15. di grup UKM tempo hari sdh ada yg minta minyak jelantah. kayaknya harus dimanfaatkan juga sisa jelantah ini. msh suka goreng2 jadi nyisa inih

    BalasHapus
  16. biasanya kalau dirumah minyak jelantanya aku kasih ke ART aku sih, nanti sama dia di jual gitu.

    BalasHapus
  17. Minyak jelantah ini sekarang marak ya sudah banyak yang mendaur ulang gtu, dijadikan sabun cuci atau sabun mandi. Bahkan sekolah anakku jg ngajarin anakku bikin sabun dari jelantah.
    Tapi kalau dibikin energi terbarukankyk biofuel ini terus terang aku baru tahu. Moga2 kapan2 jg ada yang ngajarin shg bisa manfaatin sendiri di rumah hehe
    eh apa harus dikumpulkna di pengepul atau bikin2 sendiri jg bisa?

    BalasHapus
  18. Ternyata minyak jelantah ini bisa dimanfaatkan menjadi biofuel. Jadi baiknya emang engga dibuang sembarangan, ya, soalnya masyarakat perlu dapat pengetahuan seperti ini banyak yang kurang paham emang.

    BalasHapus
  19. Aku baru tahu dan paham tentang Biofuel ini Mak, menarik. Menurutku nih di kampung2 harus ada pengepul minyak jelantah. Daripada di buang gitu aja kan bisa di manfaatkan. Di kampung ku belum ada sih, sejauh ini kalau menggoreng yaa mengira2 agar enggak jadi jelantah.

    BalasHapus
  20. Aku ngumpulin minyak jelantah udah 4 tahunan. Dulu dikumpulkan ke teman blogger terus berhenti karena pandemi. Sekarang untungnya dekat rumah udah ada yang siap nampung, jadi ya gak masalah sih

    BalasHapus
  21. Aku juga pakai prinsipnya Jiah, apalagi sekarang harga minyak goreng lagi mahal. Jadi sekiranya gak boros pakai minyak dan jarang masak gorengan. Minyak jelantah ini bahaya buat kesehatan kalo digunakan terus menerus

    BalasHapus
  22. Skripsiku hampir ambil tema Biofuel ini.
    Pada prakteknya, memang sungguh tidak mudah membuat energi terbarukan yang siap dengan segala infrastruktur dari mulai SDA dan SDMnya. Indonesia sudah menuju ke arah sana, tapi yang terpenting adalah dukungan ((dana)) dari Pemerintah.
    Penelitian mengenai energi terbarukan ini membutuhkan biaya yang besar dan mewujudkannya pun..

    Semoga ada post dana penelitian yang lebih besar lagi untuk universitas yang mendukung terwujudnya energi terbarukan untuk membuat lingkungan menjadi lebih baik.

    BalasHapus
  23. Saya juga gak banyak nyimpan jelanrah. Cuma kalau di lingkungan saya sudah ada pengepul dari kelurahan. Biasanya 2 bulan sekali saya setor jelantah 1 liter karena saya jrg goreng2 dan kalau pakek minyak sedikit2 biar gak banyak sisa.

    BalasHapus
  24. Edukasi kalo minyak jelantah bisa dipakai sebagai biofuel perlu digalakkan 2x lipat nih. Lumayan bisa mengurangi sampah rumah tangga juga kan. Tapi disekitar ku belum ketemu pengepulnya nih.

    BalasHapus
  25. Harga minyak goreng melambung tak terkendali belakangan ini.
    Ku ga yakin juga, apakaah ibu2 berhasil kumpulin minyak jelantah
    Padahal ada sekitar 3 juta kilo liter Jelantah yang kalo dikumpulkan yang berpotensi jadi biodiesel, ya.

    BalasHapus
  26. biofuel ini memang sedang naik daun ya kak, dimana-mana banyak orang yang membicarakan mengenai biofuel ini

    BalasHapus
  27. Di sini minyak jelantah baru dimanfaatkan untuk bahan bakar bis. Cuma yang aku tau juga minyak jelantah udah mulai dikumpulkan nih sama ibu2, jadi bukan langsung dibuang begitu saja yang berpotensi mencemari lingkungan,tapi bisa dimanfaatkan kembali yang mendatangkan kebermanfaatan.

    BalasHapus
  28. Saya juga belum ikutan mengumpulkan minyak jelantah ke pengepul. Selain tidak tahu orangnya ada atau tdak di kota kecil kami, juga penggunaan minyak di rumah kami tekan semaksimal mungkin.
    Tapi saya suka pada inovasi biofuel ini.

    BalasHapus
  29. Biofuel adalah jawaban dari kebutuhan energi yang terus tinggi namun bisa aman untuk alam. Berharap ini bisa terus dikembangkan dan disempurnakan untuk masa depan

    BalasHapus
  30. Banyaknya jelantah yang menjadi hasil sisa dari rumah tangga ternyata bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar biofuel, pantas saja banyak yang sudah mulai mengumpulkan jelantah. Ini saya dan istri saya juga sudah mulai mengumpulkan jelantah juga, hanya saja saya tidak tahu fungsinya, hanya dikumpulkan, nanti ada pengepul yang mengumpulkan jelantan, dan membelinya.

    BalasHapus
  31. Belum ikutan buat ngumpulin minyak jelantah juga nih. Alasannya kurang lebih mirip sih. Di rumah memang sedang sangat mengurangi goreng-goreng dan kalaupun ngegoreng jg diupayakan pakai minyak yang cukup supaya gak bersisa.

    BalasHapus
  32. Jadi keinget pelajaran anakku diajarin bikin sabun dari minyak jelantah, trus ada ortu lain yg share kalau jelantah bisa dijadikan bahan bakar utk lampu teplok hehe
    Jd emang bis yaa sebagai bahan bakar. Tentu ini akan bagus ya membawa nilai ekonomis dan mengurangi sampah rumah tangga jg yaa

    BalasHapus
  33. Aku baru tahu nib soal Biofuel ini, pengetahuanku masih cetek banget.. makasih mbak informasinya bermanfaat banget nih

    BalasHapus
  34. Ini sih yaa...kalau masalah minyak jelantah kudu diperhatikan.
    Dengan memanfaatkan secara tepat, maka tidak akan menjadi limbah yang mengganggu.

    BalasHapus
  35. Banyak solusi ya sebenarnya untuk mengatasi masalah energi di negara ini, termasuk biofuel ini. Soal minyak jelantah di tempatku belum ada sih tempat pengepul gitu. Semoga ke depannya pengelolaan dan pengembangan energi terbarukan semakin mendapat dukungan dari semua pihak.

    BalasHapus
  36. Aku baru tahu mengenai biofuel ini. Btw untuk minyak jelantah gitu masih belum begitu banyak ya pengepul nya terutama di daerah tempat aku tinggal dan semoga aja nih makin banyak yang tahu tentang potensi minyak jelantah ini ya karena ada manfaatnya juga.

    BalasHapus
  37. Pantesan ya sering banyak orang yang ngejual minyak jelantah ternyata dimanfaatkan seperti ini. Nambah wawasan banget makasih mba Jiah.

    BalasHapus
  38. Sayang pemanfaatan minyak jelantah belum tersosialisasikan dengan baik ke seluruh lapisan masyarakat. Rata-rata masih banyak yang membuang minyak jelantah di kali,padahal kalo dikumpulin bisa jadi sumber duit kedepannya.
    Harapannya sosialisasi pemanfaatan minyak jelantah bisa dimulai dari tingkat RT, RW, kelurahan.

    BalasHapus
  39. Saya juga selalu ngumpulin minyak jelantah untuk nanti diambil pengepul. Sayang banget kalau harus dibuang dan jadi pencemaran lingkungan. Pengennya sih dimanfaatkan sendiri tapi belum tahu caranya hehehe

    BalasHapus
  40. CMIIW, sawit juga merugikan dalam arti lahan sawit mengubah hutan dan pepohonan menjadi gundul karena sawit monokotil, berakan serabut bukan dikotil berakar tunjang. Ini perlu disadari juga sih. jangan sampai terjebak permainan PERUSAHAAN MNC dan pemerintah. Saran saya ya mobil LISTRIK. Listrik bisa diperoleh dari energi terbarukan misalnya ANGIN dan AIR.

    BalasHapus
  41. Minyak jelantah slah satu yang ada disetiap rumah katanya bisa buat sabun cucui piring dicampur monosium ..soda gitu katanya,,

    BalasHapus
  42. pengepul minyak jelantah ini masih minim banget ya Ji, di tempatku sini juga saya belum dapat info bisa dapatkan dimana.
    padahal saya sering lho dengan sengaja mengumpulkan minyak jelantah itu karena merasa sayang kalau dibuang keluar, nanti akan merusak lingkungan juga :(

    BalasHapus
Komentar saya moderasi. Tinggalkan jejakmu di sini, Teman!